Bermedsos Itu untuk Apa Sih?

Ada medsos baru. Netizen heboh. Apa memang harus begitu? Apa memang selalu begitu?

Sebenarnya tidak juga. Sejak kehadiran Internet, medsos sudah menjadi salah satu penghuni alami ekosistemnya. Seperti di dunia mahluk hidup, medsos lahir, hidup, dan mati adalah hal biasa di jagat maya. Ada yang berumur pendek, ada juga yang berumur panjang. Jika melihat fenomena ini, seharusnya kelahiran medsos baru tidak perlu menjadi kehebohan.

Namun kehadiran Threads memang agak berbeda. Ia lahir dari tangan Mark Zuckenberg dan di keluarga Meta, salah satu keluarga bangsawan kelas tinggi di jagat aplikasi. Ia adik bungsu dari Facebook,Whatsapp, dan Instagram. Itu alasan pertama kenapa kelahiran Threads menjadi berita besar di jagat maya.

Alasan lainnya adalah karena wujudnya yang mirip dengan Twitter, dan digagas, dibuat dan diluncurkan ketika Twitter sedang banyak masalah. Sejak diakuisisi oleh Elon Musk akhir tahun lalu, Twitter memang dilanda banyak gonjang-ganjing akibat kebijakan-kebijakan Elon yang kontroversial. Terakhir, minggu lalu, ketika dia memutuskan untuk membatasi jumlah twit yang bisa dibaca oleh pengguna yang tidak berlangganan.

Karena alasan itulah, peluncuran Threads dianggap oleh netizen sebagai jotosan telak Mark Zuckenberg ke muka Elon Musk. Dan, memang itu kan salah satu hal yang paling disukai netizen di jagat maya? Apapun yang berkaitan dengan jotos-jotosan, ejek-ejekan dan yang semacamnya, pasti bikin netizen heboh, bersorak-sorai dan nimbrung dengan sukacita.

Proses peluncuran Threads juga terhitung cepat. Minggu lalu saya baru mendengar di BBC bahwa Zuckenberg akan meluncurkan medsos yang akan menyaingi Twitter. Kamis pagi WIB (6 Juli 2023), dalam perjalanan ke kantor, saya mendengar lagi bahwa Threads sudah resmi diluncurkan. Siangnya, saya mendapat notifikasi tawaran di IG untuk bergabung. Dan setelah bergabung, saya diberi tahu bahwa ‘nomor induk’ saya ada di angka 11 jutaan. Luar biasa! Hanya dalam beberapa jam setelah peluncurannya, belasan juta orang sudah bergabung.

Terus terang saya belum tahu akan saya gunakan untuk apa akun Threads saya. Saya masih punya akun Twitter yang kadang-kadang masih saya gunakan untuk mencatat letupan pikiran yang melintas di benak saya. Saya juga masih aktif menggunakan Instagram untuk konten-konten fotografi saya. Selain di kedua media sosial itu, saya juga punya akun yang masih hidup, meskipun tidak aktif, di Facebook dan lain-lain.

Sebagaimana halnya dengan konten kebanyakan pengguna awam lain, konten-konten di media sosial saya umumnya bersifat pribadi dan tidak bersifat komersial atau profesional. Saya tidak dengan sengaja membuat konten spesifik dan mengunggahnya secara teratur agar medsos saya punya nilai komersial dan diikuti oleh orang karena isinya. Kebanyakan follower saya hanya teman-teman dan orang-orang yang memang kenal saya.

Dua tiga hari di Threads dan dengan pengikut yang baru di angka ratusan, saya melihat hal yang sama yang selama ini saya lihat di medsos-medsos lain, terutama Twitter. Banyak yang ngacapruk (melantur) nggak jelas dan nggak penting. “Banyak” bukan berarti kebanyakan atau semuanya, lo ya, karena ada juga yang memposting hal-hal yang jelas dan penting. Dan jelas dan penting juga bukan satu-satunya kriteria yang membuat unggahan dibaca orang. Lanturan kadang-kadang bisa lucu juga, bisa bikin orang berpikir juga, bisa membikin reaksi emosional juga.

Iseng dan penasaran, saya mebuat survei kecil di Twitter dengan pertanyaan, “Tujuan bermedsos itu apa sih?” Dari empat opsi yang saya berikan, 60 persen responden memilih “Menyambung pertemanan”. Sisanya 20 persen memilih “Mencari uang” dan 20 persen memilih “Curhat”. Opsi “Pamer kehidupan pribadi” tidak ada yang memilih.

Tentu survei ini tidak ilmiah dan tidak bisa menjawab pertanyaan yang saya ajukan secara valid karena pertanyaannya cuma satu dan responden yang terlibat hanya 10 orang. Namun, secara main-main kita mendapatkan gambaran bahwa menyambung pertemanan menjadi alasan utama bermedsos sebagian besar responden saya.

Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah medsos betul-betul bisa menyambungkan pertemanan? Apakah kualitas pertemanan yang disambung melalui medsos sama dengan kualitas pertemanan yang disambung secara langsung lewat ngobrol langsung, ngopi bareng, olahraga bareng atau karena sering bertemu karena tempat tinggal yang berdekatan atau kesamaan tempat kerja? Saya tidak tahu. Perlu diteliti.

Bagaimana dengan kamu sendiri? Apa sih motivasi kamu bermedia sosial?